Pagi
itu, sinar matahari belum mampu mengusir embun putih yang menyelimuti sebuah
villa mewah di kawasan Puncak Pass. Beberapa gerombol embun masih terlihat
melayang-layang tertiup angin. Pucuk-pucuk pinus masih berwarna putih tertutupi
embun pagi. Rumput di halaman villa masih basah.
Di
dalam bathtub yang berisi air hangat, Johan dan Sila duduk berendam sambil
berpelukan mesra. Gadis itu duduk di atas paha Johan. Telapak tangannya
mengusap-usap menyabuni punggung guru matematikanya itu, dan ia pun merasakan
tangan lelaki itu menyabuni punggungnya.
Pelukan
mereka sangat erat hingga dada mereka saling menekan satu sama lain. Sesekali Sila
menahan nafas ketika menggeliatkan badannya. Dadanya yang menggeliat
menyebabkan puting buah dadanya mengalirkan birahi ke sekujur tubuhnya. Puting
itu semakin mengeras setelah beberapa kali bergesekan dengan dada Johan yang licin
dipenuhi buih-buih sabun.
Pangkal
pahanya yang terendam air hangat terasa membakar birahi ketika batang kemaluan
lelaki itu menyentuh vagina sempit nya. Sila menggerak-gerakkan telapak
tangannya dari punggung hingga ke leher Johan. Sambil menyabuni, ditariknya
tengkuk lelaki itu.
“Sila
sangat mencintai Johan,” bisiknya.
Johan
mengusap-usap bahu gadis itu dengan busa sabun yang berlimpah. Busa dan buih-buih
berbentuk bola-bola kecil meleleh ke bagian atas dada dan punggung Sila. Lalu
ditatapnya wajah yang cantik itu. Wajah yang terlihat semakin menarik karena
buih-buih sabun memenuhi lehernya yang jenjang. Disibaknya rambut gadis itu ke
belakang. Busa dan bola-bola kecil ikut menempel di rambut gadis itu, kemudian
bola-bola itu meletus. Menawan. Sangat cantik dan mempesona, bisik hati Johan.
Mungkinkah
aku jatuh cinta untuk yang kedua kalinya?, tanya Johan dalam hati. Jatuh cinta
terhadap seorang murid yang masih belia dan nakal? Mengapa? Mengapa..? Apakah
karena sensasi dan kemanjaan yang diciptakannya? Ah.., gumam Johan sambil
menarik nafas panjang.
Lalu
dikecupnya anak rambut di kening gadis itu. Ia tak mampu memikirkan
pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di benaknya. Tingkah laku Sila yang
lembut dan kadang-kadang liar telah melumpuhkan nalarnya. Ia tak mampu berpikir
ketika luapan birahi membakar tubuhnya.
“Johan
juga sangat mencintai Sila. Sebelumnya tak pernah Johan rasakan nikmatnya
terbakar birahi seperti saat ini..” ujar Johan.
Bola
mata mereka saling menatap seolah ingin menjenguk isi hati masing-masing. Lalu Johan
menarik tubuh gadis itu agar lebih erat menempel ke tubuhnya. Disabuninya
punggung gadis itu dengan kedua telapak tangannya. Sambil mengusap-usapkan busa
sabun, telapak tangannya terus menyusur hingga tenggelam ke dalam air.
Diusap-usapnya bongkah pantat gadis itu.
Sejenak,
ia menahan nafas ketika meremas bongkah pantat yang masih kenyal itu. Karena
gadis itu duduk di atas pahanya, bongkah pantat itu terasa lebih kenyal
daripada biasanya. Batang kemaluan Johan semakin keras ketika bersentuhan dengan
vagina sempit gadis itu.
Ia
dapat merasakan kelembutan bibir luar vagina gadis itu ketika bergesekan dengan
bagian bawah batang kemaluannya. Dan dengan usapan lembut, telapak tangannya
terus menyusuri lipatan bongkah pantat yang kenyal itu. Ia dapat merasakan
lubang dubur Sila di jari tengahnya. Diusap-usapnya beberapa kali hingga ujung
jarinya merasakan kehalusan lipatan daging antara dubur dan vagina.
“Johan..,
Johan nakal!” desah Sila sambil menggeliat mengangkat pinggulnya.
Walau
tengkuknya basah, Sila merasa bulu roma di tengkuknya meremang akibat nikmat
dan geli yang mengalir dari vaginanya. Ia menggeliatkan pinggulnya. Geliat itu
menyebabkan telapak tangan Johan semakin bebas mengusap-usap. Membelai. Ia
mengecup leher Johan berulang kali ketika merasakan ujung jari Johan menyentuh
bagian bawah bibir vaginanya.
Tak
lama kemudian, telapak tangan itu semakin jauh menyusur hingga akhirnya ia
merasakan lipatan bibir luar vaginanya diusap-usap. Sila berulang kali mengecup
leher Johan. Kecupan panas dan liar sebagai ungkapan luapan birahi yang mendera
tubuhnya. Sesekali lidahnya menjilat, sesekali menggigit dengan gemas. Ia dapat
merasakan lendir birahi yang semakin banyak bermuara di vaginanya.
Karena
vaginanya terendam dalam air, usapan-usapan di dinding dan bibir dalam
vaginanya terasa menjadi kesat. Setiap kali mengusap, lendir di vaginanya
langsung larut ke dalam air. Ujung jari itu menjadi terasa lebih kasar daripada
biasanya.
Membakar
birahi untuk mengalirkan kadar kenikmatan yang lebih tinggi daripada biasanya.
Kenikmatannya hampir setara dengan liarnya lidah Johan yang menari-nari di
antara lipatan bibir vaginanya ketika mencumbu vaginanya di balkon villa. Ia
terpaksa menahan nafas untuk mengendalikan kenikmatan yang ia rasakan di
sekujur tubuhnya.
“Aarrgghh..
Sstt.. Sstt..” rintihnya berulang kali.
Lalu
ia bangkit dari pangkuan lelaki itu. Ia tak ingin mencapai orgasme hanya karena
usapan-usapan jari yang terasa kesat di lubang vagina sempit nya. Tapi ketika
berdiri, kedua lututnya terasa goyah. Rasa nikmat di vaginanya telah membuat
dirinya seolah sedang melayang-layang. Lututnya seolah kehilangan sendi.
Dengan
cepat Johan pun bangkit berdiri. Tangannya segera membalikkan tubuh gadis itu.
Ia tak ingin gadis belia yang dicintainya itu terjatuh. Disangganya punggung
gadis itu dengan dadanya. Lalu dituangnya kembali cairan sabun ke telapak
tangannya.
Dan
diusap-usapkannya cairan sabun itu di perut gadis belia itu. Ketika
menggerakkan telapak tangannya ke arah atas, busa sabun terdorong dan
menggumpal di antara jari jempol dan telunjuknya. Dan ketika buih-buih itu
terbentur pada lekukan bawah buah dada gadis itu, ia meremasnya dengan lembut.
Kedua
buah dada yang kenyal itu terasa licin dan sangat halus. Telapak tangannya
terus bergerak ke atas. Ia sengaja membuka jari jempol dan telunjuknya agar
puting buah dada yang masih kecil itu terjepit di jarinya. Sejenak, puting yang
terjepit itu diremas-remasnya dengan lembut. Puting kiri dan kanan diremasnya
bersamaan. Dilepas. Diremas kembali. Lalu telapak tangannya mengusap semakin ke
atas dan berhenti di leher jenjang gadis belia itu.
“Johan,
aargh.., lama amat menyabuninya, aarrgghh..” rintih Sila sambil menggeliatkan
pinggulnya.
Ia
merasakan batang kemaluan Johan semakin keras dan besar. Hal itu dapat ia
rasakan karena batang kemaluan itu semakin dalam terselip di antara lipatan
bongkah pantatnya. Lalu ia mendongakkan kepala sambil menoleh ke belakang.
Diangkatnya
tangan kanannya untuk menarik leher lelaki itu, lalu diciumnya dengan mesra.
Lidahnya menjulur dan bergerak-gerak liar untuk memilin-milin lidah Johan.
Tangannya kirinya meluncur ke bawah, lalu meremas biji kemaluan lelaki itu
dengan gemas.
Johan
menggerakkan telapak kanannya ke arah pangkal paha Sila. Sesaat ia
mengusap-usap bulu-bulu ikal di bagian atas vagina gadis itu. Menikmati
bulu-bulu yang masih pendek dan halus itu di ujung jari-jarinya. Lalu telapak
tangannya meluncur ke bawah. Diusapnya vagina sempit itu berulang kali. Vagina
yang baru kira-kira 7 jam yang lalu selaput perawannya dipasrahkan untuk
dilewati oleh cendawan batang kemaluannya.
Jari
tengahnya terselip di antara kedua bibir luar vagina itu. Diusapnya berulang
kali. Telapak tangannya yang dipenuhi buih-buih sabun membuat bibir vagina dan
pangkal paha itu menjadi sangat licin. Klitoris itu seolah bergerak
menggeliat-geliat ketika ia mengusapkan telapak tangannya. Klitoris yang
semakin keras dan licin karena lendir dan buih-buih sabun.
“Aarrgghh..!”
rintih Sila ketika merasakan batang kemaluan lelaki itu semakin kuat menekan
lipatan bongkah pantatnya.
Ia
merasakan lendir birahinya membanjiri vaginanya. Lendir itu pasti bercampur
dengan busa sabun, pikirnya. Lalu ia berjongkok agar vaginanya terendam ke
dalam air. Dibersihkannya celah di antara bibir vaginanya dengan cara
mengusap-usapkan dua buah jarinya.
Ketika
menengadah, ia melihat batang kemaluan Johan telah berada persis di hadapannya.
Batang kemaluan itu telah membengkak dan terlihat mengangguk-angguk. Ada
setetes lendir menghiasi ujung batang kemaluan itu. Persis di bagian tengah
cendawan yang berwarna kecokelat-cokelatan itu. Indah sekali, gumamnya. Lalu
ditatapnya warna kemerah-merahan di lekukan antara cendawan dan batang kemaluan
itu. Bola matanya berbinar-binar mengamati lekukan yang indah itu.
Setelah
puas mengamati, diremasnya batang kemaluan itu dengan lembut. Lalu diarahkan ke
mulutnya. Dikecupnya bagian ujung cendawan itu. Terdengar bunyi ‘cep’ ketika ia
melepaskan kecupannya. Setetes lendir yang menghiasi ujung cendawan itu
berpindah ke bagian dalam celah kedua bibirnya. Sejenak, matanya terlihat
setengah terpejam ketika ujung lidah dan kedua bibirnya mencicipi lendir itu.
Tubuh
Johan bergetar menahan nikmat ketika ia melihat lidah dan bibir Sila
bergerak-gerak mencicipi lendirnya. Dicicipinya dengan penuh perasaan! Erotis
sekali! Batang kemaluannya menjadi semakin keras. Berdiri tegak! Ia meraih bahu
gadis itu karena tak sanggup lagi mengendalikan tekanan darah yang memenuhi urat-urat
di batang kemaluannya.
Setelah
berdiri, Sila merasakan telapak tangan Johan mengangkat paha kirinya. Sambil
mencium bibirnya, telapak tangan itu tetap menahan bagian belakang pahanya
hingga akhirnya ia terpaksa melilitkan kakinya di pinggang lelaki itu. Ia masih
berusaha mengatur keseimbangan tubuhnya ketika Johan menyelipkan cendawan
kemaluannya ke celah di antara bibir vagina sempit nya. Karena tubuhnya masih
belum seimbang, cendawan itu terlepas kembali.
Johan
agak menekuk kedua lututnya ketika berusaha menyelipkan kembali cendawan
kemaluannya. Ia sudah sangat ingin merasakan kembali vagina yang sempit itu
meremas batang kemaluannya. Nafasnya mendengus-dengus tak teratur. Dengan
terburu-buru, ia mendorong pinggulnya.
“Argh,
aarrgghh.., Johan!” rintih Sila.
“Masih
sakit?” tanya Johan.
“Sakit
dikit..” jawab Sila.
Johan
menarik batang kemaluannya perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali
perlahan-lahan pula. Sambil mendorong, ia menatap vagina sempit gadis itu.
Pandangannya nanar seolah ada kabut yang menutupi bola matanya ketika ia
melihat bibir luar vagina gadis itu ikut terdorong bersama batang kemaluannya.
Ia masih menatap terpesona ketika perlahan-lahan menarik kembali batang
kemaluannya. Bibir luar vagina itu merekah dan seolah sengaja memperlihatkan
lipatan celah vagina yang berwarna pink!
“Masih
sakit, Sayang?”
“Hmm!”
“Sakit?”
“Enaak..,
Johan!”
Johan
tersenyum. Dilumatnya bibir gadis itu sambil menghentakkan pinggulnya. Dengan
cepat, batang kemaluannya menghunjam. Ia menghentikan hentakan pinggulnya dan
berdiri kejang setelah merasakan mulut rahim gadis itu tersentuh oleh ujung
cendawannya.
Lalu
ditatapnya raut wajah murid yang dicintainya itu sekaligus dikaguminya! Selain
cantik dan dan seksi, muridnya itu pun tak pernah bertanya atau membantah
ketika ia menghunjamkan kemaluannya sambil berdiri. Murid yang patuh sekaligus
mempunyai ide-ide liar yang sensasional dalam bercinta.
Mungkin
muridku ini memang dikaruniai bakat bercinta, kata Johan dalam hati. Bakat
untuk menaklukkan lelaki! Alangkah beruntungnya aku menjadi gurunya!
Perlahan-lahan Johan menarik batang kemaluannya. Sebelah tangannya meremas
bongkah pantat gadis itu dan yang sebelah lagi meremas dada.
“Aarrgghh..!”
rintih Sila ketika merasakan batang kemaluan Johan kembali menghunjam
vaginanya.
Ia
terpaksa berjinjit karena batang kemaluan itu terasa seolah membelah vaginanya.
Kedua tangannya dengan erat merangkul leher Johan. Ia ingin menggantung di
leher lelaki itu. Lututnya terasa lemas menahan kenikmatan yang menjalari
sekujur tubuhnya. Panasnya birahi membuat pori-pori di sekujur tubuhnya menjadi
terbuka. Butir-butir keringat mulai merembes dari pori-porinya, bercampur
dengan busa sabun yang masih tersisa di beberapa bagian tubuhnya.
Semakin
sering ujung cendawan kemaluan lelaki itu menyentuh mulut rahimnya, semakin
banyak pula keringat merembes di sekujur tubuhnya. Hingga akhirnya keringat itu
terlihat mengkristal di kulitnya! Nafas Sila beberapa kali terhenti ketika Johan
menarik dan menghunjamkan batang kemaluannya.
Menarik
dan menghunjam dengan cepat hingga terdengar ‘cepak-cepak’ yang merdu setiap
kali pangkal pahanya berbenturan dengan pangkal paha Johan. Dan setiap kali
mendengar suara ‘cepak’ itu, darahnya seolah terasa berdesir hingga ke
ubun-ubun.
“Aarrgghh..,
aarrgghh.., Johan!”
“Johan..,
Sila pipiis..!”
Rintihan
itu membuat Johan semakin cepat menghentak-hentakkan pinggulnya. Keringat
bercucuran dari dahinya. Ia berusaha menahan nafas untuk mengendalikan tekanan
air mani yang ingin menyemprot dari lubang batang kemaluannya.
Tapi
orgasme gadis belia yang sangat dicintainya itu ternyata membuat ia tak mampu
lagi menahan tekanan air mani yang mengalir dari biji kemaluannya. Vagina
sempit itu berdenyut-denyut meremas batang kemaluannya. Menghisap air mani yang
masih tertahan di batang kemaluannya. Membuat ia tak berdaya untuk
mengendalikan desakan air mani yang menyemprot dari lubang batang kemaluannya.
“Aarrgghh..!
Aarrgghh..! Sila, aarrgghh..!” raung Johan sambil menghujamkan batang
kemaluannya sedalam-dalamnya.
“Johan..,
sstt, sstt..” desis Sila berulangkali ketika merasakan air mani lelaki yang
sangat dicintainya itu ‘menembak’ mulut rahimnya.
‘Tembakan’
yang pertama terasa panas dan menggetarkan hingga membuat tubuhnya berdiri
kejang dan punggungnya melengkung ke belakang. ‘Tembakan’ kedua dan ketiga
membuat ia semakin berjinjit setengah bergantung di leher Johan.
“Aarrgghh..,
Sila! Argh.., enaknya!” rintih Johan di telinga murid yang sangat disayanginya
itu.
“Johan..,
sstt.., sstt..!” desis Sila pula berulangkali sesaat setelah lepas dari puncak
orgasmenya!
Download
Bokep
Kedua
telapak tangan Johan memangku bongkah pantat Sila. Telapak tangannya masih
dapat merasakan kedutan-kedutan di bongkah pantat itu ketika gadis itu mencapai
puncak orgasmenya. Dan dengan tenaga yang masih tersisa di tubuhnya,
di
tarik bongkah pantat yang kenyal itu agar mereka tak terjatuh. Ia tak ingin
gadis itu terjatuh karena ia masih ingin batang kemaluannya tetap terbenam
dalam kelembutan vagina sempit itu. Vagina yang sangat dikaguminya, muda,
segar, dan masih berwarna pink!
“Puas,
Sayang?” bisik Johan sambil mengusap-usap punggung Sila.
“Puas
banget!”
“Johan
sangat menyayangi Sila.”
“Sila
juga sangat sayang pada Johan,” kata Sila sambil mencium bibir Johan.
Mereka
masih terus berciuman dengan mesra hingga batang kemaluan Johan mengkerut dan
terlepas dari vagina sempit milik Sila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.